Posted by : Unknown
January 29, 2013
PENGANTAR
Hampir
semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak diketahui kapan
munculnya. Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra Indonesia Lama
muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban bangsa Indonesia, sementara
kapan bangsa Indonesia itu ada juga masih menjadi perdebatan. Yang
tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra Indonesia
memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama
berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai Pustaka
(1920), masa munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang
berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi (1800-an).
Alhasil,
ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi pertama adalah
bahwa sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar
yaitu 1) Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, dan 3) Sastra
Indonesia Modern. Sedangkan versi kedua membagi sejarah sastra
Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1) Sastra Indonesia Lama,
2) Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru, dan 4) Sastra
Indonesia Modern.
Sastra
Indonesia Lama adalah masa sastra mulai pada masa pra-sejarah (sebelum
suatu bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Ada juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia lama
berakhir pada masa balai Pustaka. Sastra Indonesia Lama tidak dapat
digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (seperti halnya
Sastra Indonesia baru) karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak
mencantumkan waktu dan nama pengarangnya.
Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut
A. Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua
- Prosa lama
- Puisi Lama
B. berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
- Sastra Sejarah
- Sastra Undang-Undang
- Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa
C. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu
- Sastra Indonesia Asli
- Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu
- Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam
Ciri-ciri kesusastraan Indonesia Lama
1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.
Jabatan/orang
yang sangat berjasa dalam penyebaran sastra Indonesia Lama adalah
pawang. Ia adalah kepala adat (istilah sekarang mungkin sama dengan
“dukun” dalam kebudayaan Jawa). Jabatan ini berbeda dengan kepala suku.
Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto, pawang dikenal sebagai orang yang
mempunyai keahlian yang erat hubungannya dengan hal-hal yang gaib. Ia
termasuk orang yang keramat dan dapat berhubungan dengan para dewa atau
hyang. Pawang terbagi atas pawang kutika (ahli bercocok tanam dan
hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga), pawang osada (ahli dalam
jampi-jampi), pawang malim (ahli dalam pertenungan), dan pawang pelipur
lara (ahli bercerita).
SASTRA INDONESIA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA
A. PROSA LAMA
- Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng dibedakan menjadi
a. Fabel,
yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan
binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia
pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel
adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat
didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan
hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan
berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengandung ajaran moral).
b. Farabel,
yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung
nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan
atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang
pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c. Legende, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
d. Mythe,
yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus,
dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e. Sage,
yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya
berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage
berasal dari kata jerman “was gesagt wird” yang berarti apa yang
diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu
tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang
roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau
mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia
manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain
daripada dongeng yang biasanya optimis)
- Hikayat
Kata
hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah
cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi
sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak
masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan
definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan
kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para
orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan
muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu
riwayat hidup.
- Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.
- Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira
carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang
gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.
B. PUISI LAMA
- Mantra
Mantra adalah
kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering
diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang
mengucapkannya.
- Bidal.
Bidal
adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan
berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk
dalam kategori bidal adalah
a. Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
b. Peribahasa
, yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan
seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c. Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
d. Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
e. Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f. Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.
- Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun adalah
a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c. Separoh
bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun),
separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e. Beralun dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun,
yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap
jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan
isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun anak-anak
- pantun bersuka cita
- pantun berduka cita
b. Pantun muda
- pantun perkenalan
- pantun berkasih-kasihan
- pantun perceraian
- pantun beriba hati
- pantun dagang
c. Pantun tua
- pantun nasehat
- pantun adat
- pantun agama
d. Pantun jenaka
e. Pantun teka-teki
- Gurindam
Gurindam
adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya
merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan
sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua
merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam
muncul setelah timbul pengaruh kebudayaan Hindu.
- Syair
Kata
syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair
timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri
dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar
berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
Ciri-ciri syair
a. terdiri dari empat baris
b. tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c. persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d. tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e. terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f. biasanya berisi cerita atau berita.
- Prosa liris (kalimat berirama)
Prosa liris adalah prosa yang di dalamnya masih terdengar adanya irama.
- Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk puisi Arab adalah
a. Masnawi,
yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan
disthikon). Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya)
dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b. Rubai,
yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan
kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat,
puji-pujian atau kasih sayang.
c. Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d. Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaaf).
e. Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
Di
samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang
perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra
Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah
1. Kaba
Adalah
jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat
didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan
daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun
temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.
2. Kakawin
Adalah
sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang
mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan
Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha,
dan negarakertagama.
3. Kidung
Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa.
4. Parwa
Adalah
jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa
sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari
karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di
seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.
5. Cerita Pelipur Lara
Sejenis
sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis
ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan
menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang
harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik
jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan hikayat).
DAFTAR PUSTAKA
Belang, Mia. Dkk. 1992. Pelajaran Bahasa Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh Islam. Yogyakarta : Percetakan Lukman.
Djamaris, Edwar. 1984. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan daerah.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suparni. 1987. Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1984. Bandung : Aditya.