Posted by : Unknown December 12, 2013

Sel darah putih, leukosit (Bahasa Inggris: white blood cell) merupakan sel yang membentuk komponen darah dan mengandung inti. Jumlah leukosit normal rata-rata 5000 sampai 9000 sel/mm3, bila dalam kondisi ini leukosit berlebih disebut leukositosis sebaliknya bila kekurangan disebut leukopenia. Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000 sampai 11.000, waktu lahir 15.000 sampai 25.000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12.000 pada usia empat tahun sesuai jumlah normal. Variasi jumlah leukosit tergantung pada usia. Waktu lahir, empat tahun, dan usia 14 sampai 15 tahun presentase khas dewasa tercapai. Struktur bentuk sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit)1, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya2 homogen3 dengan inti bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler: limfosit4 sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit5 sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Sedangkan jenis granuler: neutrofil6, basofil7, asidofil (eosinofil)8 yang ketiganya dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Tugas leukosit sebagai pertahanan seluler dan humoral9 organisme terhadap zat-zat asing (virus/bakteri). Dalam hal tersebut leukosit melakukan gerakan amuboid10 dan melalui proses diapedesis11, leukosit meninggalkan kapiler dengan menerobos sel-sel endotel12 dan menembus jaringan penyambung (Effendi, 2003). Sebagai contoh kasus di atas, goresan luka yang menjadi pintu masuk kuman, kemudian sel darah putih berkumpul melawan kuman hingga tuntas, bagian yang luka sering tampak bengkak dan bernanah, hal tersebut terjadi karena merupakan efek peperangan kuman melawan sel darah putih). Fungsi sel darah putih secara khusus yaitu Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme, dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. Melalui mikroskop ada kalanya dapat dijumpai sebanyak 10 sampai 20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. Pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboid-nya ia dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat: 1) mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, 2) menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, 3) menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan 4) sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagostik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah, demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair, dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit. (Wikipedia, 2013). Pada beberapa kasus mengenai sel darah putih bisa terjadi dua kemungkinan, adanya peningkatan atau kelebihan maupun kekurangan sel darah putih. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh beberapa sebab. Pengecekan jumlah sel darah putih sebenarnya adalah sama pentingnya dengan cek medis lainnya, dengan tes laboratorium Complete Blood Count atau CBC sebagai pengukuran jumlah sel darah putih, trombosit, maupun sel darah merah. Beberapa hal yang perlu dimengerti mengenai peningkatan atau kelebihan sel darah putih dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya penggunaan obat-obatan seperi obat asma, antibiotik, dan steroid; stres ekstrim akibat pelepasan hormon epinefrin; leukemia limfositik akut; dan myelogenous akut; alergi; campak; infeksi bakteri atau virus; rheumatoid artritis13, TBC; batuk rejan; kerusakan jaringan; dan merokok. Pada kasus leukemia, sumsum tulang belakang menghasilkan sel darah putih berlebihan sehingga merusak sel darah merah yang menyebabkan rentan terhadap infeksi. Gejala yang timbul pada leukemia bisa ditandai dengan demam atau juga bisa flu, mudah lelah, kehilangan berat badan secara drastis, mudah berdarah, tersengal-sengal, sakit pada tulang, berkeringat banyak saat malam hari namun gejala tersebut juga belum pasti dan dapat dipastikan lewat cek laboratorium. Beberapa faktor yang menjadi penyebab leukemia misalnya sering kemoterapi, bekerja dengan bahan kimia, dan faktor genetik. Dalam pengobatan leukemia tergantung pada usia penderita, kondisi tubuh, dan tipe. Beberapa pengobatan yang dapat ditempuh seperti: 1) Kemoterapi: menggunakan cairan kimia tertentu untuk membunuh sel leukemia; obat pil atau suntikan. 2) Terapi biologis: terapi imuno, penggunaan berbagai substansi untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien. 3) Terapi kinase inhibitor: penggunaan obat dengan zat imatinib mesilat untuk leukemia myelogen kronis. 4) Terapi obat lain: arsenik trioksida dan semua jenis asam trans retinoik sebagai obat antikanker sehingga sel leukemia menua dan mati. 5) Terapi radiasi: terapi sinar pada bagian tubuh yang terserang untuk menghancurkan sel leukemia dan menghentikan pertumbuhannya. 6) Transplantasi sumsum tulang belakang dengan mengganti tulang belakang yang sudah terkontaminasi leukemia dengan sumsum tulang belakang yang bersih dan sehat. 7) Terapi sel punca: serupa dengan transplantasi tapi menggunakan sel induk dalam aliran darah (sel punca dapat diambil dari dalam tubuh pasien donor yang cocok). Namun sebaliknya, kekurangan sel darah putih (leukopenia) yang disebabkan gangguan sumsum tulang sehingga jumlah sel darah putih akan terganggu juga. Leukopenia juga dapat disebabkan karena infeksi; penyakit autoimun seperti HIV/AIDS, lupus; kemoterapi (karena beberapa obat kemoterapi bisa merusak sumsum tulang sehingga produksi sel darah putih menurun selama beberapa hari namun kemudian kembali ke jumlah normal lagi); kanker darah; pasien leukopenia juga bisa menderita hebat karena flu yang disebabkan kekurangan pasukan tempur dalam tubuh; hipertiroid; kekurangan vitamin; anemia aplastik14. Sebagai tindakan penanganan misal leukopenia yaitu dengan mengatasi penyebabnya, jika leukopenia disebabkan infeksi maka penanganan yang tepat adalah dengan mengobati infeksi pencetus leukopenia, jika leukopenia disebabkan kanker maka yang harus disembuhkan pertama adalah kanker pencetusnya. ________________________________________________________________________________ 1. Granulosit (bahasa Inggris: granulocytes, polymorphonuclear, PMN) adalah sebuah sub-kelompok sel darah putih yang mempunyai granula dalam sitoplasmanya. Tiga jenis granulosit dengan inti sel yang berlainan dikeluarkan oleh sumsum tulang sebagai protein komplemen wewenang (bahasa Inggris: regulatory complement system). (Wikipedia, 2013). 2. Sitoplasma bagian sel yang terbungkus membran sel. Pada sitoplasma terdapat sitoskeleton, berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa cairan tempat organel melayang-layang didalamnya. Sitosol mengisi ruang sel yang tidak ditempati organel dan vesikula dan menjadi tempat banyak reaksi biokimiawi serta perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti sel. Di dalam sitoplasma terdapat oraganel-organel sel berikut ini: Mitokondria, berfungsi dalam proses oksidasi dan mualisasi; Plastida, di dalamnya terkandung klorofil, berfungsi dalam fotosintesis; Vakuola, berfungsi menyimpan zat makanan; Ribosom, sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein; Retikulum endoplasma (Retikulum Endoplasma Kasar, sebagai tempat melekatnya ribosom dan Retikulum Endoplasma Halus); Badan Golgi, berfungsi secara aktif dalam sekresi dan sintesis polisakarida; Lisosom, berperan dalam proses matinya sel-sel. (Wikipedia, 2013). 3. Homogen terdiri atas jenis, macam, sifat, watak, dsb yg sama. (KBBI, Nd) 4. Limfosit (en:lymphocyte) adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk bertulang belakang. Ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh. Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus/janin) dengan bentuk awal yang sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. (Wikipedia, 2013). 5. Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Pada saat terjadi peradangan, monosit bermigrasi menuju lokasi infeksi, mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut. Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas. Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan kelas TNF. Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik. (Wikipedia, 2013). 6. Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60 sampai 70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua : Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase; Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino Dioksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Di bawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasiorganel-organel dan destruksi neutrofil. Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan nautropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrfil merangsang aktivitas heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glicogenolisis. 7. Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 - 0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma). (Wikipedia, 2013). 8. Eosinofil (bahasa Inggris: eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, [plasminogen] dan beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 - 17 mikrometer. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi. 9. Humoral atau Imunitas humoral adalah kekebalan yang dihasilkan dari aktivitas unsur-unsur dalamdarah dan jaringan limfoid, seperti antibodi, bukan sel. (Kamuskesehatan.com, Nd). 10. Amuboid merupakan suatu bentuk gerak yang merupakan ciri khas amoeba dan protozoa lain. Sel-sel ameboid mengubah bentuknya dengan menonjolkan dan menarik pseudopodia (kaki semu) dari titik mana saja pada permukaan sel. Sel-sel seperti itu diselubungi oleh suatu membrane lembut dan sangat fleksibel, disebut plasmalema. Dibawah plasmalema terbentuk lapisan tak-berbutir (non granular), suatu ektoplasma yang seperti gel, yang menyelubungi endoplasma yang lebih encer. Selama gerak ameboid, beberapa pseudopodia dapat mulai terbentuk di beberapa bagian sel tetapi biasanya hanyansatu yang dominan dan sel begerak ke arah itu. Perlu ditegaskan bahwa sebenarnya tidak ada bagian depan (anterior) yang permanen, karena kaki semu yang dominan dapat terbentuk dipermukaan sel mana saja. Seperti yang sudah disebut diatas, sitoplasma amoeba dapat dibagi menjadi ektoplasma yang setengah keras/ kaku di bawah membrane sel dan endoplasma yang lebih encer yang terletak lebih dalam. (ugeex.blogspot.com, 2009). 11. Diapedensis adalah bagian dari leukosit (sel darah putih) yang melalui dinding kapiler ke situs peradangan. (Kamuskesehatan.com, Nd). 12. Endotel atau Sel endotel pembuluh darah merupakan satu lapis sel yang terletak diantara aliran darah dan jaringan. Selain sebagai barier terhadap difusi makromolekul ke jaringan, sel endotel pembuluh darah juga mempunyai fungsi lain, seperti pengaturan tonus otot polos pembuluh darah, haemostasis dan koagulasi, pertahanan tubuh dan angiogenesis. (Nurhidayat, 2010). 13. Rheumatoid arthtis atau Radang sendi (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkak dan panas di sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia. 14. Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. (Mareta, 2013).

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Assasin-Creed - Shingeki No Kyojin - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -